2-3 malam kemarin sempet nonton film tengah malam di SCTV kalo gak salah. Judulnya "With Honors". Pemainnya Joe Pesci sama Brendan Fraser. Film lama (produksi tahun 1994 kalo gak salah), tapi ceritanya bagus, bikin terharu dan yang jelas bikin saya lebih bisa belajar soal hidup dan kehidupan.
Ceritanya soal sekumpulan mahasiswa Harvard yang nge-kost bareng. Monty (Brendan Fraser) yang lagi berusaha nyelesein tesisnya di bidang ilmu pemerintahan, Courtney (Moira Kelly) satu-satunya cewek di kostan situ yang akhirnya pacaran sama Monty, Everett (Patrick Dempsey) yang keliatan agak urakan -selain mahasiswa dia juga nyambi jadi penyiar radio-, serta Jeff (Josh Hamilton) si mahasiswa kedokteran yang agak-agak sombong. Kehidupan mereka berempat, khususnya Monty, berubah saat bertemu dengan seorang gelandangan, Simon (Joe Pesci). Suatu malam, saat Monty ingin memfoto-kopi naskah tesisnya (karena naskah aslinya di komputer rusak dan hilang), tak sengaja naskah itu jatuh ke gudang sebuah perpustakaan dan ditemukan oleh Simon. Monty meminta naskahnya kembali, namun Simon tidak memberikannya, karena menurutnya saat ini naskah itu milik Simon, dan bila Monty ingin mengambil naskah itu, Monty harus memberikan sesuatu kepada Simon dengan bayaran lembar-lembar naskah tesis tersebut. Dari sinilah kisah itu berjalan. Seiring waktu, hubungan Simon dan Monty semakin dekat. Simon ternyata bekas seorang ABK kapal niaga yang memiliki penyakit parah dan kronis, dokter memperkirakan Simon hanya punya waktu hidup beberapa bulan saja. Monty yang merasa kasihan dengan hal ini, berusaha membantu Simon. Simon yang merasa telah melakukan kesalahan besar dimasa lalunya dan kemudian dicampakan oleh keluarga dan teman-temannya, merasa marah mendapat perlakuan "istimewa" dari Monty. Simon merasa tidak perlu dikasihani. Sampai akhirnya, usaha Monty dan teman-temannya ini membuat Simon tersadar bahwa dibalik kesusahan yang dia terima selama ini masih ada orang yang perduli.
Film ini menarik buat saya, karena sikap Monty yang akhirnya "merangkul" Simon untuk menyelamatkannya dari "kehancuran" patut diacungi jempol.
Kita memang sering menilai seseorang dari tampilan luarnya saja, seperti halnya Jeff yang pada awalnya merasa jijik berdekatan dengan Simon, tanpa memperdulikan ada apa dibalik "jubah kotornya" itu yang ternyata tidak selalu menyimpan kenistaan, dan bahkan dibalik tampilan "lusuhnya" itu, Simon memiliki prinsip dan juga pemikiran yang cukup maju dan realistis (dibuktikan saat Simon memberikan argumen di kelas kuliah yang didoseni oleh profesor Pitkannan yang sangat disegani di kampus Monty).
Adakalanya manusia berbuat salah. Simon dimasa lalu pernah melakukan kesalahan dengan meninggalkan keluarganya (istri dan seorang anaknya yang masih kecil) tanpa kabar berita. Ini karena Simon bekerja menjadi ABK kapal yang harus bepergian sepanjang tahun. Hal ini memang salah, namun kemudian Simon sadar dia telah melakukan kesalahan dan berusaha untuk memperbaikinya (diceritakan saat Simon sekarat, dibantu Monty dan teman-temanya, Simon mengunjungi anak semata wayangnya yang dulu ditinggalkan untuk meminta maaf, namun permintaan maaf itu tidak diacuhkan oleh anaknya Simon ini). Betapa sakit hatinya Simon karena permintaan maafnya tidak diterima. Penyakit dan derita sebagai gelandangan yang dihadapi Simon belakangan itu merupakan hukuman buat dirinya karena kesalahan-kesalahan masa lalunya. Bagaimanapun, seharusnya ini sudah cukup, yang dibutuhkan Simon adalah diterima maafnya. Butuh Jiwa besar untuk meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan, tapi butuh Kedewasaan dan Kebesaran Hati untuk mau memaafkan kesalahan orang lain, diminta ataupun tidak.
Name: Agung "Gus Portnoy" Sulendro Home: Jakarta, Indonesia About Me: Saya hanyalah seorang manusia biasa yang gemar sekali menulis dan mencurahkan apa yang ada di pikiran dan hati saya pada tulisan.
Seringkali pikiran dan hati saya terlalu kreatif berpetualang jauh sekali hingga tubuh tak mampu mengikuti, hingga akhirnya petualangan pikiran itu saya curahkan lewat tulisan. See my complete profile