Saya tadi membaca sebuah buku "Menulis Skenario...." (lupa judulnya ?) karya (Seth klo gak salah). Buku itu berisi tentang cara-cara menulis skenario yang benar, serta cara tentang menjadi seorang penulis skenario dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Disini saya bukan mau membahas tentang isi keseluruhan buku itu. Tapi tadi pas saya baca di bab-bab awal, ada satu pernyataan yang menarik. " Seorang penulis skenario dituntu untuk membuat skenario yang memungkinkan untuk skenario tersebut di produksi menjadi sebuah sinetron. Dalam artian daya khayal sang penulis skenario harus dibatasi agar tidak kebablasan. Ini berkaitan dengan biaya produksi dari sebuah sinetron yang juga harus diperhitungkan oleh penulis skenario, apakah nantinya skenario tersebut layak/mungkin atau tidak untuk diproduksi ?"
Mmmh.. pernyataan yang menarik. Dari pernyataan itu, bisa saya sedikit simpulkan bahwa sang penulis skenario tidak perlu muluk-muluk bikin naskah skenarionya. Harus dipertimbangkan, apakah itu mungkin atau tidak diproduksi berkaitan dengan biaya produksinya nanti. Ini mungkin yang menjadi salah satu sebab, mengapa tayangan sinetron kita selalu membosankan dan ceritanya hanya itu2 saja. Saya lantas berpikir, masih sangat tidak mungkin production house atau stasiun televisi kita menayangkan/membuat sinetron lokal seperti miniseri luar/hollywood seperti 24, CSI, Hustle, X-Files dan sebangsanya. Mengapa ? Satu contoh miniseri CSI atau yang ekstrem X-Files. Dari sisi cerita memang rumit sekali dan membutuhkan riset yang sangat mendalam dari si penulis skenario (soal hal ini, saya tidak meragukan kemampuan penulis skenario lokal, ada kok yang sanggup membuat skenario seperti ini). Kemudian kerumitan lain ada di produksinya. Bayangkan saja, untuk membuat satu episode berapa rupiah yang dikeluarkan, bisa beratus-ratus juta, bahkan milyaran (untuk membayar artis, kru, membuat setting dll). Untuk memasukkan satu adegan tembak-tembakan antara polisi dan penjahat ditambah bumbu ledakan dan lain sebagainya pasti dibutuhkan biaya yang cukup tinggi. Menurut saya, hal-hal seperti ini yang membuat dunia sinetron di tanah air tidak berkembang. Kita selalu diberikan tontonan sinetron yang selalu mirip dari sisi cerita, monoton! Romantisme percintaan antara si kaya dengan si miskin, kehidupan pengusaha kaya raya dengan segala romantikanya.. sungguh membosankan.
Sekarang, mari kita balik. Bila produser tidak ingin membuang banyak uang untuk memproduksi sebuah sinetron (tapi inginnya mendapat uang yang banyak, hukum pasar yang membosankan, sedikit keluar banyak masuk)tuntutan bagi si penulis skenario (dan sutradara)adalah bagaimana membuat sebuah cerita yang menarik dan tidak monoton dengan keterbatasan dana tersebut. Si penulis skenario harus mampu membuat sebuah cerita yang berbeda dengan sinetron yang sudah ada belakangan, dan sutradara dituntut untuk membuat cerita tersebut menjadi sebuah tayangan yang menghentakan masyarakat. Mari membuat trend baru demi penyegaran hiburan di masyarakat.
Satu contoh nih, Film "Jomblo" yang diangkat dari novel-nya Aditya Mulya. Saat saya baca novelnya, memang sangat menarik. Pola atau alur ceritanya tidak seperti novel lain. Aditya terlihat memasukan pola komedi yang sangat menarik dan dekat dengan kehidupan. Nah saat filmnya dibuat, Hanung Bramantyo sang sutradara, mampu menginterpretasikan apa yang ada di novel ke layar lebar. Kemudian sekarang film itu dibuat seri televisinya. Pada episode-episode awal, memang unsur komedinya masih terlihat sama dengan versi film. Namun belakangan terlihat sudah tidak greget lagi. Pola-pola sinetron kebanyakan sudah ikut masuk pula ke sinetron Jomblo ini. Segi percintaan, perselingkuhan dsb. Padahal di novel Jomblo itu, menceritakan bagaimana 4 sekawan (Agus, Bimo, Olif dan Doni) yang kesemuanya jomblo (dengan alasan2 masing2) dalam menjalani kehidupan di dunia perjombloan itu. Di sinetronnya, sekarang malah ceritanya seperti balik ke pola sinetron2 remaja yang biasanya yang membosankan itu.
Name: Agung "Gus Portnoy" Sulendro Home: Jakarta, Indonesia About Me: Saya hanyalah seorang manusia biasa yang gemar sekali menulis dan mencurahkan apa yang ada di pikiran dan hati saya pada tulisan.
Seringkali pikiran dan hati saya terlalu kreatif berpetualang jauh sekali hingga tubuh tak mampu mengikuti, hingga akhirnya petualangan pikiran itu saya curahkan lewat tulisan. See my complete profile