Menulis adalah terapi yang bagus untuk otak dan jiwa. Lebih bagus dibanding bercerita dengan seseorang. Mengapa ? Yah karena saat menulis, kita bisa dengan bebas melampiaskan apa saja yang ada di otak kita tanpa ada yang ditutp-tutupi lagi. Coba bayangkan, saat punya masalah dan curhat ke pacar, sahabat atau siapa saja, pasti masih ada batasan-batasan yang kita jaga kan ?
Nah sekarang saya mau membicarakan soal menulis tetapi bukan menulis catatan or diary, tapi menulis sebagai profesi.
Bila dihadapkan pada profesi, entah itu penulis novel, penulis skenario, jurnalis, saya sering mendapat pertanyaan, "Bagaimana sih caranya ? Cara memulainya gimana ? Dapet ilhamnya dari mana? Tata aturan penulisan gimana sih?" Meskipun saya bukan ahlinya dalam bidang tulis menulis ini, saya hanya ingin membagi pengalaman saya saja. Begini, tentang bagaimana memulainya ? Yah, misalnya saya dulu saat pertama kali terjun ke dunia jurnalistik, saya juga masih bingung, nanti harus nulis apa, cari bahannya dimana, dan pertanyaan-pertanyaan lain gitu di otak. Tapi akhirnya saya nemu cara mujarab, BANYAK MEMBACA ! Yup, menulis dan membaca itu kan kaitannya erat banget.. nempel kayak perangko istilahnya. Saat memulai jadi jurnalis, saya banyak membaca majalah-majalah lain yang sejenis, saya pelajari gaya bahasanya, alur tulisannya dan lain sebagainya. Nah soal ilham ini, nantinya akan datang sendiri. Misalnya saat saya sedang asyik browsing di forum internet yang membahas soal teknologi, saya baca banyak masalah-masalah dikemukakan disana. Nah itu bisa jadi bahan tulisan. Itu kalo menulis atau membuat artikel (masih menurut saya lho)
Nah yang ini kalo menulis novel atau membuat ide cerita film/sinetron..
Soal Novel, jujur saja, saya masih agak lemah disini.. Saya lebih tertarik ke penulisan cerita film/sinetron. Alhamdulillah, ada beberapa karya saya yang jadi bahan untuk sinetron. Nah untuk yang satu ini lebih gampang lagi, cari ide or ilham or inspirasi ceritanya bisa dari mana-mana. Dari pengalaman pribadi misalnya, atau dari pengalaman teman-teman dekat, keluarga atau siapa saja. Kuncinya, banyak memperhatikan lingkungan sekitar, terus banyak ngobrol sama orang. Jangan pilih-pilih, mau dia tukang gorengan, supir taksi, kenek metromini, satpam, karyawan kantoran, direktur, sampai pejabat bahkan kalau perlu sama preman sekalian. Ini jadi memperluas wawasan kita, agar tidak terjebak dengan stereotype penggambaran karakter. Kadang kalau kita lihat sinetron, direktur itu digambarkan selalu berdasi, terus di kantor sukanya tunjuk2 main perintah.. gak cuma sebatas itu kok, ada banyak hal yang bisa digali lagi sebenarnya.
Intinya, dalam menulis, kita harus bisa seketika (instant) memindahkan sisi pandang kita saat sedang menulis, sisi pandang penulis dan sisi pandang pembaca.. agar terjadi keseimbangan di tulisan kita.
Name: Agung "Gus Portnoy" Sulendro Home: Jakarta, Indonesia About Me: Saya hanyalah seorang manusia biasa yang gemar sekali menulis dan mencurahkan apa yang ada di pikiran dan hati saya pada tulisan.
Seringkali pikiran dan hati saya terlalu kreatif berpetualang jauh sekali hingga tubuh tak mampu mengikuti, hingga akhirnya petualangan pikiran itu saya curahkan lewat tulisan. See my complete profile