Judul : Tobatnya Sang Rocker Penulis : Gus Portnoy
Jodie adalah cowok tampan berusia 23 tahun. Wajah tampan dan berasal dari kalangan berada menjadi modalnya sebagai salah satu cowok idola di kampusnya. Bersama teman-temanya, Fadil, Ariez dan Santoz, membentuk sebuah band beraliran Rock. Jodie dan band-nya ini sering pentas di kampus-kampus ataupun di sekolah-sekolah. Karena ini pulalah yang membuat nama dan wajah Jodie dikenal banyak orang. Jodie adalah anak pertama dari pasangan Wardoyo (50 tahun), seorang direksi sebuah bank nasional dan Melinda (42 tahun), ibu rumah tangga yang gemar arisan dan kumpul-kumpul setiap hari dengan teman-temanya. Jodie memiliki seorang adik perempuan, Winda namanya, berusia 17 tahun dan masih duduk dibangku SMU. Karena kedua orangtuanya sangat sibuk, sehingga perhatian kepada kedua anaknya sangatlah kurang. Suasana keluarga ini lebih terkesan seperti keluarga barat yang individual dan saling tidak mau tahu.
Kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua ini pula yang membuat Jodie lebih banyak menghabiskan waktunya diluar bersama kawan-kawannya. Kampus baginya bukan sebagai tempat menuntut ilmu, kampus hanya dijadikannya ajang bersosialisasi dan mencari kesenangan. Setiap hari kesibukannya hanya diisi dengan bermain musik, kumpul-kumpul dengan teman-teman di kampusnya, dan hang-out diluar. Foya-foya, entah itu jalan ke mall, nongkrong di kafe ataupun dugem di diskotik. Jodie pulang ke rumah menjelang dinihari dan pagi sudah kembali keluar rumah lagi.
Kehidupan di keluarganya ini juga mempengaruhi kehidupannya di luar. Jodie sangat cuek dan pemilih dalam berteman. Dia hanya dekat dengan orang-orang yang dia anggap menguntungkan dirinya saja, bila dia menganggap orang tersebut tidak menguntungkan maka dia akan acuhkan. Pernah Jodie akrab dengan Argo yang dikenal sebagai salah satu kutu buku di kampusnya. Kedekatannya ini hanya karena Jodie ingin minta bantuan Argo membuatkan tugas kuliahnya. Saat tugas kuliah sudah selesai dibuatkan, Jodie mencampakkan Argo. Malah setelah itu Jodie seakan tidak pernah mengenal Argo dan mempermalukannya di depan banyak orang. Hal ini membuatnya jadi dibenci beberapa kalangan.
Suatu hari, Jodie sedang uring-uringan. Semalam dia dinasehati ayahnya agar Jodie serius menyelesaikan kuliahnya. Namun Jodie tetap cuek dan mengatakan agar ayahnya tidak usah ikut campur terhadap kuliahnya. Pertengkaran hebat terjadi antara dirinya dengan ayah dan ibunya. Pagi itu Jodie berniat untuk jalan-jalan menghilangkan kepenatannya. Kawan-kawannya yang dihubungi untuk diajak jalan bareng semuanya menolak dengan beragam alasan. Jodie semakin bete, akhirnya dia putuskan untuk jalan sendiri saja.
Dia memacu mobilnya tanpa tujuan yang jelas kemudian mengarahkan ke luar kota. Di perjalanan, sesampainya di suatu kawasan di pinggiran kota, karena pikirannya sedang kacau maka konsentrasinya pecah dan membuat mobil yang dikendarainya menabrak sebuah pohon yang ada di tepi jalan. Kepala Jodie terbentur setir dan akhirnya tidak sadarkan diri.
Saat terbangun, didapati dirinya sudah berada di sebuah kamar kecil, terbaring lemah dengan perban menutupi kepalanya. Ternyata Jodie diselamatkan oleh Nurron (24 tahun) seorang warga setempat yang juga menjadi pengajar mengaji di kampungnya. Nurron tinggal bersama ibunya (45 tahun) yang sehari-hari berjualan makanan kecil di pasar dan Nisa (20 tahun) adiknya yang kuliah di sebuah universitas islam di Jakarta. Awalnya Jodie sempat marah-marah terhadap Nurron, karena tanpa ijin sudah membawanya ke rumah Nurron yang kumuh ini. Nurron beralasan bahwa saat itu dia hanya ingin menyelamatkan Jodie, dan luka di kepalanya itu sudah diobati oleh mantri puskesmas yang kebetulan tetangganya Nurron.
3 hari sudah Jodie disana, tubuhnya masih sangat lemah. Dia juga selalu menampik makanan yang disajikan karena menurutnya makanan kampung, setiap hari dia hanya memakan buah yang disediakan oleh ibunya Nurron. Meski begitu Nurron dan keluarganya tidak marah terhadap sikap Jodie ini, mereka malah kasihan terhadapnya. Malam harinya, Nurron dan Nisa mengajar ngaji anak-anak kampung. Jodie yang mendengar lantunan ayat suci ini hanya terdiam, tanpa sadar air matanya menetes. Dia seperti mendengarkan suara musik yang sangat indah, lebih indah dibandingkan musik yang biasa dia mainkan bersama kawan-kawannya.
Jodie kemudian meminta Nurron untuk mengajarinya melantunkan nyanyian yang indah itu. Jodie bercerita bahwa meskipun dia muslim, tapi sejak kecil dia tidak pernah mendapat pendidikan agama. Bagi orangtuanya, yang terpenting adalah pendidikan akademis dan bisnis, soal agama bukanlah yang utama. Di bantu dengan Nissa, Nurron pelan-pelan mengenalkan Jodie dengan agama. Mulai dari sholat dan mengaji.
Hampir satu bulan Jodie berada di rumah Nurron.Pelan-pelan dia mulai berubah, kini dia sudah mulai rajin sholat meski masih harus membaca catatan bacaan sholatnya dan mengaji. Jodie juga banyak berkonsultasi dengan Ustd. Yusuf sebagai salah seorang tetua di kampung tersebut. Jodie menyadari bahwa selama ini dirinya sudah sangat jauh dari Allah.
Jodie juga semakin dekat dengan Nisa, wanita berjilbab ini semakin lama dirasakannya semakin membuat hatinya tentram. Jodie jatuh cinta dengan Nisa yang meskipun dari sisi fisik tidaklah secantik wanita-wanita primadona kampus yang sering dikencaninya, namun dengan Nisa dia merasakan hatinya tenang.
Memasuki bulan kedua, Jodie akhirnya kembali ke Jakarta pulang ke rumahnya. Orangtuanya bersikap biasa saja dengan kepulangan Jodie ini. Namun mereka melihat satu perubahan besar terjadi pada Jodie. Sekarang Jodie lebih terlihat dewasa, kalem dan bisa membawa diri. Pelan-pelan, Jodie mengajak adiknya Winda untuk belajar agama, kemudian ayah dan ibunya. Mereka semula bersikap masa bodoh, kemudian Jodie menjelaskan bahwa belajar agama bisa membuat hati semakin tenang dan hidup semakin lancar. Atas usul Nurron, Jodie akhirnya mengundang seorang ustadz kenalan baik Nurron untuk membantunya belajar agama bersama keluarganya.
Akhirnya Jodie dan keluarganya kembali dekat dengan agama, yang memang dirasakan memberi perubahan besar terhadap kehidupan mereka. Jodie juga mengajak kawan-kawannya untuk belajar agama. Bahkan kini, meskipun mereka tetap bermusik, tapi lagu yang dibawakan lebih ke arah lagu-lagu yang mengingatkan orang terhadap agama.
Nurron, ibu dan adiknya berkunjung ke rumah Jodie. Hal ini tentu saja disambut baik oleh Jodie, dan memperkenalkan mereka ke keluarganya sebagai keluarga pembuka pintu surga. Saat itupula Jodie melamar Nissa dan tentu saja disambut dengan baik.
Name: Agung "Gus Portnoy" Sulendro Home: Jakarta, Indonesia About Me: Saya hanyalah seorang manusia biasa yang gemar sekali menulis dan mencurahkan apa yang ada di pikiran dan hati saya pada tulisan.
Seringkali pikiran dan hati saya terlalu kreatif berpetualang jauh sekali hingga tubuh tak mampu mengikuti, hingga akhirnya petualangan pikiran itu saya curahkan lewat tulisan. See my complete profile